Senin, 17 Oktober 2011

Respondingpaper


Respondingpaper

Tema Makalah               ; Ajaran Budha Dharma tentang Ketuhanan dan Bhakti Puja
Hari/tanggal                    ;  Selasa, 11 Oktober 2011
Waktu                            ;  08.00 – 09.45 WIB
Tempat                           ;  Fakultas Ushuluddin, (Ruang 308)
Pembicara                      ; 1. Ipan
                                      2. Rodiah
Dosen pembimbing         ;. 1. Hj. Siti Nadroh, M.Ag


Pendahuluan
Dalam agama Buddha tidak mengenal konsep ketuhanan yang maha esa, yang ada adalah Nibbana atau kesempurnaan sejati. Nibbana bisa dicapai dengan melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Adapun tatacara berdo’a umat Budha yang dijelaskan pada Bhakti Puja. Agama Buddha adalah religi humanitis, berpusat pada diri manusia sendiri dengan segala kekuatannya yang dapat dikembangkan hingga mencapai kesempurnaan. Berbeda dengan religi otoriter, yang menghendaki penyerahan, kepasrahan atau ketergantungan terhadap kekuatan diluar manusia.
A.     Konsep Ketuhanan Buddha Dharma
Tak dapat dikatakan bahwa didalam ajaran agama Buddha seperti yang terdapat didalam kitab pitaka terdapat ajaran tentang tuhana atau tokoh yang dipertuhankan. Tujuan hidup bukan untuk kembali kepada asalanya, yaitu tuhan. Melainkan unuk masuk kedalam nirwana, pemadaman, suatu suasana yang tanpa kemauan, tanpa perasaan, tanpa keinginan tanpa kesadaran, suatu keadaan dimana orang tidak lagi terbakar oleh nafsunya. Itulah situasi damai.
Adapun para ahli agama yang tidak mengakui bahwa Budhisme adalah agama. Buddhisme adalah suatu falsafah, suatu usaha akal manusia untuk mencari kedamaian dengan rumusan-rumusan yang sistematis mengenai sebab dan akibat. Namun dalam pendapat ini keliru,  Memang harus diakui bahwa sebutan tuhan atau tokoh yang dipertuhan tidak ada. Yang ada adalah nirwana, pemadaman, situasi padam, bukan tokoh yang memadamka. Tak ada gagasan tentang suatu pribadi yang ada dibelakang suasana damai itu. Tak ada gagasan tentang pemberi hukum, tata tertib, baik yang alamiah mauun yang moril. Tiada gambaran tentang yang disembah dan yang menyembah. Sekalipun demikian, dibelakang segala pernyataan yang negatif itu terdengar juga seruan manusia akan yang dipertuhan tadi.  Ajaran agama-agama tentang keyakinan terhadapa tuhan yang maha esa berbeda-beda. Sekalipun tampaknya ada hal-hal yang bertentangan terdapat pula hal-hal yang sama, yaitu dia adalah yang mutlak, yang sering dipahami dan dialami sebagai misteri, rahasia yang mengatasi dunia.
Buddha mengajarkan ketuhanan tanpa menyebut nama tuhan. Tuhan yang tanpa batas, tak terjangkau oleh alam pikiran manusia, tidak diberikan suatu nama, karena dengan sendirinya nama itu akan memberi pembatasan kepada yang tidak terbatas. Dalam agama buddha tuhan tidak dipandang sebagai suatu pribadi (personifikasi), tidak bersifat antropomorfisme (pengenaan ciri-ciri yang berasal dari wujud manusia) dan antropopatisme (pengenaan pengertian yang berasal dari perasaan manusia). Buddha tidak mengajarkan teisme fatalistis dan determinis yang menempatkan suatu kekuasaan adikodrati merencanakan dan menakdirkan hidup semua makhluk. Teisme semacam itu mengingkari kehendak bebas manusia dan dngan sendirinya swajarnya juga meniadakan tanggung jawab moral perbuatan manusia .
1.       Buddha Trasenden
Buddha adalah salah satu awatara. Awatara berarti ititsan atau perwujudan tuhan yang maha esa dalam memulihkan ketentraman dunia. Kitab purana menyebutkan ada 10 awatara, dan Buddha adalah awatara yang kesembilan.
Thuben chordon melihat ada tiga cara pandang mengenai siapa sebenarnya buddha. Cara-caranya sebagai berikut :
·        (pertama) yaitu melihatnya sebaagai Buddha historis, yang dilahirkan sebagai manusia yang kemudian meninggal dunia. Ia seorang penunjuk jalan, yang sekaligus memberi contoh kepada manusia.
·        ( kedua) adalah dengan memahami Buddha sebagai manifstasi keluhuran yang trasenden, yang muncul dalam berbagai bentuk dan simbol untuk berbagai fungsi. Ada banyak Buddha yang masing-msing menonjolkan salah satu aspek dari nilai-nilai kebuddhaan. Hakikat dari semua manifestasi yang beragam sesungguhnya adalah sama.
·        ( ketiga) yaitu memahaminya sebagai Buddha masa mendatang, yang muncul dalam diri kita, karena kita semua memiliki potensi untuk menjadi Buddha.

2.       Trikaya
Hakikat kebudhaan dharmakaya yang absolut. Yang mutlak ini bersifat kekal, meliputi segalanya, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, bukan realitas personifikasi, esa, beban dari pasangan yang berlawanan, ada dengan sedirinya, bebas dari pertalian sebab akibat. Tubuh dharma ini disebut juga rahim tathagata (tathagata garbha). Keterlibatan dalam dunia yag bersifat relatif dimungkinkan jika buddha mengambil bentuk yang berwujud dan tampak secara fisik sehingga dapat dipahai dan diterima oleh segala makhluk.
3.       Adi Buddha
Dalam agama buddha terdapat banyak buddha, tetapi hanya ada satu dharmakaya. Dharmakaya yang merupakan sumber perwujudan panca dhyani buddha dinamakan adi buddha. .”  buddha tanpa awal dan akhir adalah adi buddh Sebutan adi buddha berasal dari tradisi aisvarika (isvara, tuhan, maha buddha), aliran mahayana di nepal, yang menyebar lewat benggala, hinnga dikenal pula di jawa. Konsep adi buddha terdapat dalam kitabnamangsiti, karandavyuha, svayambhupurana, maha vairocanabhisambodhi sutra, guhya samaya sutra, tattvasangraha sutra, dan paramadi buddhodharta sri kalacakra sutra. Di indonesia sikenal dengan kitab namangsiti versi chandrakirti dari sriwijaya dan sanghyang kama hayanikan dari zaman pemerintahan mpu sendok.
  • Walau umat buddha menyebut tuhan yang maha esa dengan nama yang berbeda-beda. Undang-undang RI no.43 tahun 1999 (perubahan atas UU no. 8 tahun 1974  tentang pokok-pokok kepegawaian), sebagaimana peraturan pemerintah  RI no. 21 tahun 1975 (tentang sumpah/janji pegawai negri sipil), menyatakan dalam pengucapan sumpah atau janji bagi mereka yang beragama buddha, kata-kata “demi allah” diganti dengan “demi sang hyang adi Buddha.”

4.       Manifestasi Keyakinan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Keyakinan terhadap tuhan yang maha esa dengan sebutan atau nama yang berbeda-beda adalah pengakuan akan kebesaran tuhan yang tak dapat dijelaskan secara tepat . tingkat pemahaman akan hakikat tuhan bisa berbeda-beda pada setiap manusia. untuk memahami konsep ketuhanan dalam Agama Buddha, perlu dimengerti terlebih dahulu bahwa dalam masyarakat pada umumnya terdapat dua cara pendekatan.
·        Pertama, tuhan dikenal melalui bentuk manusia. Oleh karena itu, tidak jarang dijumpai istilah tuhan melihat umatnya, atau tuhan mendengar doa umatnya serta masih banyak lainnya.
·        Pendekatan kedua, tuhan dikenal melalui sifat manusia. Misalnya, tuhan marah, tuhan cemburu, tuhan mengasihi, tuhan adil, serta masih banyak istilah sejenis lainnya. Berbeda dengan yang telah disampaikan, ketuhanan dalam agama buddha tidak menggunakan kedua cara di atas. Agama buddha menggunakan aspek nafi atau penolakan atas segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh manusia.
 Jadi, pengertian nibbana atau tuhan dalam agama buddha adalah yang tidak terlahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak bersyarat, yang tidak kondisi. yang tidak terpikirkan, serta masih banyak kata tidak lainnya. Secara singkat, tuhan atau nibbana adalah mutlak, tidak ada kondisi apapun juga.


B.     Konsep Bhakti Puja dalam Buddha Dharma
istilah sembahyang yang sebenarnya terdiri dari dua suku kata yaitu sembah berarti menghormat dan hyang yaitu dewa. Dengan demikian, sembahyang berarti menghormat, sedangkan puja bakti ini terdiri dari kata puja yang bermakna menghormat dan bakti yang lebih diartikan sebagai melaksanakan ajaran sang buddha dalam kehidupan sehari-hari. makna sesungguhnya dari pengertian puja bakti yaitu menghormat dan melaksanakan ajaran sang buddha. Sekali lagi, umat buddha tidak berdoa, juga tidak sembahyang. Namun, sebagai manusia biasa, adalah wajar apabila umat buddha mempunyai keinginan atau permintaan, misalnya ingin banyak rejeki, ingin kaya dan sebagainya. Jika demikian, bagaimanakah yang dilakukan oleh umat buddha agar keinginan atau harapan yang ia miliki tersebut dapat tercapai?                                                            Untuk mencapai keinginan yang dimiliki, secara tradisi umat buddha disarankan untuk melakukan kebajikan terlebih dahulu dengan badan, ucapan dan juga pikiran. Setelah berbuat kebajikan, ia dapat mengarahkan kebajikan yang telah dilakukan tersebut agar memberikan kebahagiaan seperti yang diharapkan.

  • Berdoa Bukan Meminta
Contoh doa dalam syair shanti deva (abad ke 7)
Semoga aku menjadi penwar rasa sakit bagi semua makhluk 
Semoga aku menjadi dokter dan perawat bagi semua orang sakit
Semoga aku dapat memberi makan dan minum semua yang menderita lapar dan kehausan
Semoga aku menjadi mestika yang tak ternilai bagi orang-orang miskin
Smoga aku menjadi pembela bagi mereka yang dicampakan terlantar dipinggir jalan
Semoga aku menjadi perahu dan titian bagi mereka yang merindukan pantai sebrang
Semoga aku menjadi elita penerang bagi mereka yang tersesat jalan.
Shanti deva tidak berdoa agar menjadi kaya, tatapi apa yang diharapkannya jelas tidak akan tercapai tanpa kekayaan. Doanya bukan meminta, malah menunjukan untuk bisa memberi.

  • Parrita dan Mantra
Parrita adalah bacaan perlindungan yang dalam pengertian sekarang disamakan dengan doa. Pembacaan parita bermula dari petunjuk buddha kepada siswanya untuk mengucapkan bacaan tertentu agar terhindar dari kesulitan atau telindung dari kejahatan. Selanjutnya adalah mantra. Mantra adalah rumusan mistis suku-suku kata yang dipandang suci dan mengandung kekuatan gaib.

  •  Persembahan
Berdoa (bhakti puja) dapat dilakukan secara pribadi atau bersama. Dalam suatu upacara, berdoa dapat dilakukan dengan ataupun tanpa mempersembahkan sajian. Untuk melakukan upacara persembahan karena buddha dan boddhisattwa mwmwrlukan persembahan itu Setiap sajian yang dipersembahkan memiliki makna simbolik. Pelita atau lilin melambangkan penerangan, menghapus saput kegelapan dan ketidaktahuan. Air selain membersihkan juga melambangkan kerendahan hati. Dupa yang harum dengan asap membumbung keatas mengingatkan kepada harumnya nama baik dan kebajikan menyebar kemana-mana hingga ke surga. Bunga mengingatkan ketidak kekalan sehingga kita terdorong untuk mencapai kebebasan.
.






Jakarta, 11 Oktober 2011
                                                                                        Respondingpaper,

                                                                                   Laila Nihayati

1 komentar:

  1. Assalamualaikum Wr. Wb.
    Selamat malam, nona cantik.
    Sungguh besar jiwamu mempelajari agama Hindu dan Buddha, meskipun nanda seorang Muslim. Berarti, nanda memiliki jiwa pluralisme yang tinggi. Inilah yang diharapkan ada pada setiap insan Nusantara.
    Saya penggemar situs-situs kuno, dari masa Hindu, Buddha, dan Islam.
    Sejak muda (usia kuliah) saya menjelajah seluruh Jawa Tengah, menemukan banyak situs dan mencatat riwayat situs-situs tersebut.
    Ini no. HP saya: 08995052772.
    Mungkin, kita bisa bertukar pikiran soal beberapa peninggalan kuno.
    Jika ada yang kurang nanda pahami, bisa tanyakan kepada saya.
    Sebaliknya, jika saya tidak paham, saya bertanya kepada nanda.
    Salam Sanghyang Tunggal.
    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    BalasHapus